Jumat, 01 Januari 2016

Single Bukan Mahluk Terhina

Belum lama ini, tepatnya kemarin gue sempetin nonton Film "Single" Ditengah arus Star Wars yang begitu hebatnya, gue tetap milih nonton Single buatannya Raditya Dika. Kasihan adik gue kalo diajakin nonton Star Wars, yang ada jadi dongo mendadak. Buat gue, setiap film yang dibuat Raditya Dika kekuatannya terletak pada pesan dari film itu sendiri. Aktingnya sama aja dengan semua film yang dia perankan. Gak jauh-jauh dari kehidupan cowok ngenes, naif tapi ngebet pengen punya pacar. Segala cara dilakuin biar bisa dapet pacar walau hasilnya Gatot, Gagal Total.


Gue gak akan bahas filmnya melainkan pesan yang disampaikan dari film Single. Karena takut spoiler jadi langsung ke intinya yaitu orang yang single alias gak punya pacar. Ketika orang single, kita akan nemuin dua sisi dari diri kita. 

Ketika single kita bisa ngelakuin apapun yang kita mau. Waktu gak habis buat ngurusin pacar yang baper akan perhatian. Akhirnya bisa dialihkan buat yang lain misalnya hobi atau apapunlah. Disisi lain, ketika lama gak menjalin hubungan pasti ada kecemasan ketika liat temen bawa gandengannya masing-masing. Kita jadi iri dan terpancing untuk segera cari pacar. 

Dulu waktu gue SMA, gue sering dibully sama temen gue karena gak pacaran sejak putus sama mantan. Paitnya adalah hal itu masih terjadi sampai sekarang, bukan dibullynya tapi gak pacarannya. Pada awalnya gue kesasar, buta gak tau arah jalan. Gue ngikutin temen-temen gue yang udah punya gandengan. Namun apa boleh dikata, ujung-ujungnya gue yang apes. Dicuekin tiba-tiba. Ngilang tanpa jejak dan yang lebih pait adalah "Cuma dianggap temen" Dianggap temen. Sakit men. Gara-gara itu gue mulai pasif dengan cewek. Takut hal-hal yang dulu gue alamin terulang lagi. Dimasa itu juga ketika ada temen yang gak punya pacar itu HINA. Beneran hina, cuma jadi bahan bully ketika lagi ngumpul bareng. Kenapa bisa? Karena gue pernah ngelamin. 

Disaat gue merasa hina karena gak punya pacar, disitulah gue mendapat pencerahan. Orang yang nyari pacar atau pacaran karena gengsi itu lebih HINA. Bukan maksud gue sarkastik. Hina disini adalah ketika loe gak bisa menjadi diri sendiri karena orang lain. Gampangnya adalah "Budak Cinta". Tameng "Karena Sayang" masih menjadi andalan ketika dikritik orang. Seperti Coca-cola, kelamaan diguncang akhirnya bisa meledak dan muncrat ke udara. Begitu juga dengan tameng "Karena Sayang", dia gak akan bisa nahan untuk waktu yang lama. Pasti ada masanya tameng itu retak dan hancur.

Kelamaan sendiri pasca putus pacaran emang gak enak. Pacaran yang ujung-ujungnya jadi Budak Cinta juga gak enak. Gimana tuh? Sama-sama gak enak keduaanya. Solusinya adalah kita yang harus milih. Untuk kondisi sekarang ini mau sendiri dulu sambil ngembangin diri sendiri atau pacaran terus tapi ngorbanin banyak hal, khususnya diri sendiri? Terserah mau milih yang mana. Namun kalo pada milih single sambil ngembangin diri buat masa depan, percayalah kalian bukan mahluk terhina diantara teman-teman kalian.

Sabtu, 07 November 2015

Kehidupan Gamer (Part 9)

Sekarang ini adalah jaman dimana semua hal bisa menjadi profesi dan mendulang emas dari apa yang kita lakukan. Salah satunya adalah game. Sejak Turnamen "The Internasional 5" yang digelar Agustus kemarin dengan total hadiah mencapai 18 juta USD. Mulai orang-orang menekuni Dota 2 yang awalnya hanya sekedar hobi kini mulai memasuki dunia professional layaknya atlit olahraga pada umumnya.

Sepintas apa yang orang awam liat dari gamer adalah hal yang sia-sia. Menghabiskan waktu berjam-jam didepan komputer dan gak ngelakuin aktivitas apapun. Ngebanggain item yang harga jualnya tinggi walau cuma virtual. Teriak-teriak histeris saking senengnya bisa ngalahin temen sendiri dan beberapa kehebohan lainnya yang gak perlu saya sebutin karena banyak banget. Dari semua itu bisa diketahui bahwa Video Game udah masuk kategori olahraga, atau bisa disebut E-SPORT.

Isitilah E-sport belum familiar ditelinga masyarakat. Walau Indonesia punya lembaga yang ngurusin E-sport tetep aja harus ada sosialisasi secara berkala. Saya yakin pasti bertanya-tanya "Kenapa video game bisa masuk ketegori olahraga?" Dari sisi manakah bisa disebut olahraga. Saya bukan orang yang berkecimpung dalam dunia E-sport atau professional gamer, tetapi saya menjelaskan sepemahaman saya.

E-sport pada dasarnya adalah olahraga seperti sepakbola atau basket. Bedanya adalah lapangan buat main. E-sport lapangannya di dunia maya. Pas main juga gak sembarangan asal main. Ada strategi dan teori dasar dalam permainan. Sepak bola punya dirbble, passing, shooting dan tackling. E-sport, khususnya Dota 2, dia punya creeping, last hit, stack creep. Sepak bola punya striker, midfender dan bek serta kiper. Dota 2 juga ada pengaturan posisi, ada mid player, carry player, offlane player dan support player. Sisanya adalah bagaimana para pemain mengatur strategi agar bisa memenangkan pertandingan.

Beberapa negara sudah mengakui adanya E-Sport dan tidak jarang mereka yang berkecimpung dielu-elukan seperti pemin sepakbola yang habis menjadi juara di negara orang. Menyaksikan para pemain bertanding adalah suatu kebanggan tersendiri. Di Indonesia sendiri, saat The Internasional 5 berlangsung ada juga yang membuat acara nonbar layaknya sepakbola. Walau gak semeriah piala dunia, paling tidak ada yang bisa dibanggakan dari hobi bermain game. Turnamen - turnamen lokal, nasional dan internasional adalah salah satu bentuk apresiasi untuk gamer. Setidaknya mereka bisa bilang sama orang-orang bahwa waktu yang mereka luangkan berjam-jam setiap harinya gak sia-sia.

Ketika saya melihat video Free To Play, saya melihat sendiri bagaimana perjuangan untuk hidup dengan game dan meyakinkan keluarganya. Dimana saat itu game masih abu-abu. Tidak ada jalan terang apakah ini bisa menjadi pekerjaan atau tidak. Stereotip tersebut akhirnya segera dipatahkan dengan adanya turnamen pertama The Internasional dengan total hadiah 1 juta USD, yang saat itu adalah hadiah terbesar dalam turnamen E-sport.

Dulu saya selalu mengira orang-orang yang berkecimpung dalam E-sport pasti anak orang kaya. Mereka bisa beli peralatan game yang mahal. Punya komputer dengan spesifikasi gede, internet kenceng dan apapun yang menunjang permainnan mereka. Tiap ada update item terbaru, selalu berada digaris depan sebelun orang lain punya. Selalu bisa membuat temen-temannya iri dan menjadi pusat perhatian. Namun pandangan itu salah, gak semua gamer dengan peralatan bagus pasti anak orang kaya. Gak semua dari mereka pasti bisa menjadi Gamer Proffesional. Banyak gamer proffesional yang berasal dari keluarga miskin. Yang bisa kita lihat adalah bagaimana memperjuangkan itu agar kita menjadi "kaya"


Video Free To Play



Selasa, 29 September 2015

superhero saling adu jotos satu sama lain.

Pernah kepikir gak siapa superhero paling kuat? Atau kepikir bagaimana para superhero saling jotos-jotosan sampai salah satu diantara mereka gak ada yang bisa berdiri lagi. Jawabannya ada yang bener-bener dengan riset berkala. Ada juga yang jawaban ngasal, yang penting dia bisa bantai musuh dalam sekejap siapakah superhero paling kuat yag pernah ada.

Nah, cara buat tahu siapa superhero yang palung kuat bisa kalian cari di Youtube. Jadi ada youtubers yang bikin tempat adu jotos antar superhero. Entah itu dari film, komik atau video game. Pokoknya karakter fiksi yang terkenal dan penggemarnya banyak, ditaruh dalam colloseum dan berantem sampai ada yang mati. Kalian bisa searching dengan keyword  "Super Power Beat Down" atau "Death Battle" Walau sama-sama menampilkan pertarungan superhero namun ada hal yang menjadi ciri khas dari kedua tayangan itu.

Gue udah liat beberapa episode dari kedua tayangan tadi. Oke, gue bantu bahas disini, tapi gak keseluruhan kaerna gue bukan orang yang ngerti film atau sekolah perfilman.

Dari Super Power Beat Down, Super Power Beat Down menawarkan pertarungan super hero secara ril, mereka menggunakan orang beneran sebagai pemeran superhero. Arena pertarungannya juga disesuaikan dengan karakternya sendiri. Bisa diperkotaan, Hutan belantara hingga luar angkasa. Tergantung superhero dan ceritanya. Di Super Power Beat Down, sebelum tarung ada semacam survei dari kedua seuperhero yang mau tarung. Cuma ditanyain "Siapa yang bakal menang?" dan orang yang ditanyain juga random. Gitu doang sih

Beda lagi dengan Death Battle, ini mah sepuhnya Super Power Beat Down. Death Battle udah banyak video siperhero yang diadu. Jangankan superhero, sampai karakter game juga dibuat dan dipaksa adu jotos kok. Death Battle gak ada host atau co host yang nanya random ke orang-orang. Untuk ngerti kekuatan masing-masing superhero, mereka udah buat statistik dari karakter itu sendiri. Muali dari biodata, senjata andalan, kemampuan bela diri sampai siapa-siapa partnernya semuanya ada.  Udah kaya nonton pertandingan sepak bola di TV. Ada komentator ngasih data-data tentang pemain dan track record dari kedua belah pihak. Pertarungannya juga gak pake orang buat meranin si superhero. Disana udah dibuat animasi, jadi gak perlu bayar stuntman. Gak perlu bayar orang buat nyapin kostum dan gak perlu bayar tukang urut kalo sewaktu-waktu stuntmannya keseleo abis berantem.

Itu aja sih yang bisa gue share. Gue belum liat semua episodenya. Ditambah lagi gue juga lagi krisis inspirasi buat nulis.

Intinya kalian kalo mau tahu siapa superhero yang paling kuat. Kalian gak perlu debat sia-sia sama temen. Ajak dia nonton Youtube dan liat sendiri siapa yang paling kuat. Maaf, cuma upload 2 episode dari masing-masing tayangan, karena episodenya banyak dan buat hemat kuota kalo-kalo ada yang nyasar di postingan ini


 Super Power Beat Down







Death Battle







Kamis, 17 September 2015

I Love My Sleep

Sehabis saya pulang rapat untuk persiapan Ekaristi dari SMA Stella Duce 1. Saya langsung menuju rumah dan menghabiskan sisa waktu menjelang tidur. Rebahan diatas kasur dan lampu kamar dalam keadaan mati. Disitu saya merefleksikan apa yang terjadi dengan saya saat ini. Teringat bagaimana saya dulu, semasa SMA sering tidur sampe jam 12, bahkan sampai jam 2 baru tidur kalau keadaan terdesak. Bangun pagipun jadi gak menyenangkan karena cuma tidur beberapa jam dan harus berangkat sekolah pagi-pagi. Mengingat kejadian itu, saya langsung lompat dari tempat tidur, nyalain laptop dan mulai ngetik.

Satu hal yang baru saya sadari belakangan ini yaitu jam tidur sangatlah berharga. Orang bisa tidur satu jam udah seneng banget, apalagi bisa istirahat dari rutinitas padat. Ketika saya masih SMA, saya gak pernah mikirn jam tidur atau ngatur harus tidur jam berapa. Siklus anak SMA dalam sehari juga nyantai.
  1. Sekolah, pulang sampe siang. Sore masih bisa main.
  2. Malem ngerjain pr atau nongkrong.
  3. Habis itu tidur deh.
Siklusnya begitu terus sampai lulus SMA. Mungkin dikelas 3, khususnya saat mendekati UN, ada sedikit modifikasi. Tetapi secara umum siklusnya sama tetapi masih bisa tidur nyenyak dan gak banyak hal yang dipikirin.

Hal itu berbeda ketika udah kuliah. Saya sendiri juga ngalamin. Ketika udah mulai kuliah, walau jam kuliah rada fleksibel. Ada yang kuliah pagi, ada yang kuliah siang bahkan sore ada yang baru masuk kelas. Bahkan yang kuliah vokasi bisa dari pagi sampe sore nonstop. Seperti pepatah mengatakan "Jangan lihat buku dari sampulnya" Ketika anak sekolah liat anak kuliah. Mereka mikir jadi anak kuliah itu enak. Masuk kelas gak harus pagi, gak ada dosen kelas langsung bubar jalan dan ditambah lagi gak perlu pake seragam. Itu semua hanyalah tipuan semata. TIPUAN SEMATA!!

Realita sebenarnya anak kuliah adalah banyaknya tugas dan laporan. Terkadang tugas itu gak bisa diselesein dalam satu malam. Sehingga opsi kebanyakan mahasiswa adalah lembur sampai pagi walau paginya ada kelas. Belum lagi jika masuk kategori mahasiswa KURA-KURA. Kerjaannya kuliah-rapat kuliah-rapat dalam sehari. Rumah hanyalah sebagai tumpangan untuk istirahat. Dari pagi sampai malam dihabiskan di kampus. 

Dari semua itu, saya dapat merefleksikan bahwa jam tidur itu sangat berharga, Apalagi ketika mulai masuk semester 3 keatas. Rasanya bisa tidur dibawah jam 12 ada sesuatu yang berharga banget. Ibarat Dota 2, pas nyari rune dapetnya regeneration. Beeuhh...  Kenapa berharga banget? Karena gak semua orang bisa tidur dibawah jam 12. Jam 12 udah bersyukur kalo bisa tidur. Mungkin kalian nganggep tidur jam 11 (khususnya cowok) itu cemen. 

"Masa jam 11 udah tidur, nongkrong dululah bareng kita-kita. Cemen lu"

"Kaya cewek aja lu tidur jam 11."

Jika kalian berpikir panjang, hal ini bakal ganggu. Masalahnya adalah kalian bukan tentara. Tentara emang bisa tidur bentar, tgak tidur sehari juga bisa karena meraka dilatih buat perang. Perang kan terjadi di situasi yang gak terduga, dan perang berlangsung lama. Bahkan begadang dijabanin sama meraka. Beda ama mahasiswa, jadwal kuliah jelas. Masuk jam berapa juga jelas. Jadi gak usah ngatain cemen kalo tidur dibawah jam 12. Beda cerita kalo ada kerjaan yang terpaksa ngerjain begadang. Ya silahkan. Tapi kalo emang bisa diselesain cepet, mendingan atur waktu lagi. Biar sama-sama enak. Tugas kelar, tidur pun nyenyak.

Mulai beberapa minggu kemarin, saya nyoba untuk ngatur biar pas malem saya gak banyak mikirin tugas dan laporan. Sebisa mungkin saya ngerjain tugas waktu sore, kira-kira habis kuliahlah. Biar rada nyantai, gak tegang kaya pas kuliah. Waktu malemnya, saya pake buat nyantai. Iseng browsing video di Youtube. Baca-baca berita Kompas atau sekedar blogwalking blogger lain. Intinya nyantai untuk pengantar tidur. Kenapa saya ngelakuin itu karena saya cinta jam tidur saya. Setidaknya sebelum waktu tidur saya hilang, saya manfaatkan jam tidur saya sebaik mungkin.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Kehidupan Gamer (Part 8)

Masih jelas terpampang bagaimana saya waktu itu berhenti ngegame. Tepatnya saat mulai kuliah. Selama dua semester saya jalani tanpa game. Awalnya saya gak ngalami kesulitan, namun seiring berjalannya waktu saya merasa tersiksa. Sebagai orang yang seneng ngegame dan tiba-tiba berhenti tanpa sebab, hal ini merupakan ketidaknyamanan jiwa. Saking saya sukanya dengan game, saya pernah rela gak jajan sewaktu sekolah biar bisa ngegame. Sehabis sekolah saya langsung lari ke gamenet dan main dengan uang saku saya tersebut. Selama saya masih ngegame, saya gak ngalamin penderitaan. Gampangnya kalo capek atau marah, saya bisa melampiaskannya dengan ngegame. Namun hal itu berbeda ketika saya kuliah.

Selama saya berhenti ngegame, saya ngerasa lesu setiap saat. Dimanapun dan kapanpun. Cobaan datang terus-terusan. Tekanan datang bergiliran. Satu selesai berikutnya datang lagi. Selama itu saya uidah nyoba banyak cara buat ngilangin itu. Mulai dari tidur, banyak main sampai dengerin musik, itu hanya berkerja sesaat. Selebihnya datang lagi kaya ketombe. Kegelisahan saya mulai menjadi-jadi. Sempat saya bertanya pada diri sendiri "Kenapa jadinya gini? Bukannya nyelesaiin masalah malah mambah masalah lagi. Ini ada apa sebenarnya." Pertanyaan itu mengusik terus menerus.

Sampai suatu saat, saya diajak temen buat ngegame lagi. Jadi anak gamenet lagi. Billy namanya. Dia ngajakin saya main DOTA 2. Gak hanya nawarin, dia gak segan-segan manas-manasin saya dengan ceritanya tentang hero-hero dota 2. Kebolehan dia dalam bermain. Bla bla bla... Banyak lah. Dimanapun kalau ada saya, langsung jadi sales nawarin produk pada saya.  

Walau saya cuekin dia pada awalnya, dia justru semakin panas. Ibarat orang yang ikut MLM. Selama belum dapet orang, serang terus pokoknya. Tetapi ada saatnya saya mulai kepanasan dengan omongan dia. Omongannya sudah mulai manasin rasa penasaran saya dengan DOTA 2. Akhirnya sehabis dari gereja, dia ngajak main dota. Kita cari yang palilng deket dari gereja. Dua jam tryout pun belum mulai memanaskan diri saya. Hingga sampai rumah, rasa penasaran saya makin menjadi-jadi. Candu mulai tunbuh. Sehingga saya mulai masuk lagi gamenet. Mulai main lagi setelah kulilah. 

Jujur aja, saya sebenarnya gak seneng main game online. Karena dulu saya masih main Ragnarok, RF terus nyicipin juga PB. Hal itu gak berlangusng lama. Masalah mulai muncul ketika udah "Pay To Win" Istilah dari orang yang rela menggali kantong sendiri demi sebuah item yang belum tentu permenen. Ada batas waktunya. Jika udah gitu, mau gak mau kita harus main terus biar gak rugi. Udah beli tapi masih kalah juga rugi. Makanya saya mulai jauhin gamenet. Gimana lagi, saya bukan anak orang kaya. Gak bisa beli voucher setiap saat walau harganya sama dengan harga pulsa. Yaudah saya berhenti. Ditambah lagi, gak tau tuh main terus-terusa mau dibawa kemana? Saat itu juga masih sepi event. Palingan cuma opening server baru sama tempat baru.

Hal ini berbeda ketika saya mulai mencicipi DOTA 2. Walau ada voucher steam, tapi itu gak ngaruh sama sekali. Masalahnya kalian beli voucher cuma buat kostum hero sama item-item pendukung doang. Permanen lagi. Walau mahal tapi gak ada beban kaya PB. Dimana yang menang yang berduit. Itu gak saya temuin di DOTA 2. Penentuannya adalah skill dan wawasan tentang hero dan item. Dijamin 100%, karena semua player pake hero dan item yang sama, hanya gimana nyusun strategi dan teamwork satu dengan lainnya.

Menurut saya, DOTA adalah game yang maksa semua playernya berkembang. Walau hero sama, item sama dan map sama tapi setiap match bertemu player yang berbeda. Beda player tentu beda cara main, dan yang pasti beda strategi. Menyebabkan saya mau gak mau harus nyoba lebih dari satu hero. Gak mungkin juga pake satu hero terus. Harus liat temen dan lawan juga kaya gimana. Situasi bisa berubah setiap saat, maka semua player harus beradaptasi dengan permainan yang ada. Saya sampai sekarag masih kewalahan main dengan berbagai macam player, khususnya pinoy player. Pinoy adalah sebutan bagi orang Filipina, entah tinggal diluar Filipina atau gak. Semua pemain pasti ngalamin hal yang sama dengan saya ketika main dengan Pinoy.

Trash talk, noob dan gak ngerti team adalah sebagian dari problem yang dirasakan ketika bermain dengan pinoy. Saking keselnya dengan pinoy, sampai-sampai ada petisi yang ingin server Dota di Filipina dihapus, biar gak ngeganggu yang lain.

Walau cuma permainan virtual. Tapi tetep kita harus respect sama pemain lain. Jangan bikin kekacauan dalam game. Biar cuma satu jam, tetep deh gak usah bikin keributan. Kadang pemain Indonesia masih aja bikin kekacauan. Skill minus bacot plus. Bukannya skill yang ditambahin malah bacotan yan ditambah. Udah gitu bacotan pasar pula. Apa jangan-jangan mereka bukan anak sekolah ya? Bacotnya gak dikasih ilmu, terlalu sibuk ngasih ilmu dikepala. Gak sedikit pula bacotan berbau rasis keluar. Pada gak mikir apa ya? Dota itu server internasional, semua orang bisa denger bahkan orang luar Indonesia. Kalo ada orang luar negeri yang tahu bahasa indonesia, udah gawat tuh. Bisa-bisa Indonesia bernasib sama dengan Pinoy.

Jika masih pengen main Dota di Indonesia. Please, be a smart gamer. Jadilah gamer yang cerdas dan beretika. Beretika gak mesti dihadapan orang yang lebih tua atau guru. Dalam game juga. Kalo kalian respect dengan gamer lain, gamer lain juga respect sama kalian.

Selasa, 11 Agustus 2015

Menulis Kreatif

Kata "Menulis Kreatif" sebenarnya bukan sesuatu yang baru, walau orang seneng sesuatu yang berbau kreatif. Kaya ada sesuatu yang beda gitu. Bisa gue bilang sama dengan menulis pada umumnya. Sama yang kita dapetin waktu pelajaran bahasa indonesia di sekolah. Hanya waktu nulis kita gak ngikut pakemnya. Gak pake bahasa baku ala hikayat. Gampangnya ya nulis aja apa yang kita mau. Apa yang kita inginkan dan apa yang kita rasakan. Semudah itu kok.

Pertama kali dapet istilah "Menulis Kreatif" itu waktu ikut pelatihan kepempimpinan tingkat mahasiswa. Awalnya gue pikir yang ngasih materi itu seorang penulis atau paling gak mahasiswa yang rangkap jadi jurnalis. Taunya yang ngasih materi seorang dosen, dan bukan dosen dibidang bahasa. Tapi ya bodo amatlah. Gue ngikutin aja sampe selasai. Karena gue seneng nulis walau perkuliahan gak merestui gue untuk menulis. Namun dari semua materi yang disampein, kaya ada yang kurang gitu. Sesuatu yang biasanya seorang penulis miliki sebelum menggores karya dalam kertas atau memijat keyboard komputer. Dosen yang ngasih materi kayaknya lupa kalau seorang penulis sebelum nulis pasti punya keresahan yang akhirnya dia tuangkan dalam tulisan. Walau banyak memilih untuk curhat sama temen tapi keresahan adalah poin penting dalam menulis.

Gue dapet itu dari ebook yang ditulis sama Raditya Dika. Gue dapet itu waktu gue ngirim tulisan di Loop Kepo. Ada sayembara gitu, suruh ngumpulin tulisan dalam format Word, 500 kata. Gue ikutan aja walau gue gak tau apa hadiahnya kalo menang. Begitu ngirim, langsung dapet link download ebook yang ditulis Raditya Dika.

Dibilang apa menulis kreatif itu sulit? Gue gak bisa ngasih jawaban pasti. Mungkin penulis terkenal juga bingung ketika ditanyain pertanyaan semacam itu. Buat gue pribadi, menulis adalah cara gue untuk menyampaikan sesuatu. Jujur, gue ini introvert. Gue gak pernah ceritain masalah apapun ke orang-orang, bahkan orang tua gue sekalipun gak tau. Pokoknya gue simpen aja terus. Lama-lama gak tahan juga nyimpen terus menerus. Karena itu gue milih menulis.
Alhasil gue milih nulis karena main musik sama gambar udah terlalu mainstream. Tulisan yang udah gue buat terus dishare lewat blog gue. Disitu pasti ada yang liat, entah baca beneran atau sekedar liat terus di close, atau istilahnya blogwalking. Gak masalah, yang penting bisa nyampein sesuatu ke orang lain. Sukur-sukur dapet pencerahan. Disitulah awal gue menulis.

Sekarang ini banyak banget pemikiran dalam kepala gue yang harus dikeluarin. Saking banyaknya, gue bingung mau mulai nulis darimana? Setiap hari selalu bermunculan kalimat-kalimat baru. Entah lagi ngelamun, keluar rumah hingga dalam mimpi juga ada. Sedangkan yang kemarin aja belum dibikin draft. Sakau tulisan lebih tepatnya. Mulai dari yang sifatnya umum sampai pada percintaan. Semuanya pada ngumpul kecampur dalam blender yang terus berputar. Menunggu campuran dalam blender tumpah kalau gak dikeluarin. Meleber kemana-mana.


Menulis Kreatif atau bisa juga disebut “Menulis” sebenarnya bisa dilakuin oleh semua orang. Semua orang punya hak yang sama untuk menulis. Semua orang punya hal yang bisa untuk ditulis. Sayangnya budaya kita di Indonesia tidak mendukung untuk menulis. Menurut gue sendiri adalah karena budaya kita yang seneng nongkrong. Ngumpul bareng habis kuliah terus ngopi sampe ngutang karena terlalu asik nongkrong. Nongkrong pastinya kan ngobrol, jarang kan liat orang nongkrong itu nulis bareng. Sehingga banyak kertas yang terbuang dan menjadi bungkusan nasi bungkus. Pernah kan liat nasi bungkus tapi bungkusannya lembar jawab UN. Atau nasi bungkus dengan catatan alogaritma sebagai bungkusannya. 

Menulis juga gak harus dilakuin sama orang yang kuliah dibidang bahasa atau sastra. Siapapun boleh, Gue contohin diri gue sendiri. Gue kuliah mekatronika, dimana kuliahnya gak banyak nulis tapi praktikum dalam lab dan bengkel. Nulis cuma sebatas laporan dan tugas. Sisanya perkakas dan komponen elektronika yang berkerja. Lalu liat penulis yang terkenal sekarang, gak semua penulis terkenal sekarang latar belakangnya sastra atau bahasa. Justru macem-macem, Coba aja kepoin di twitter. Apakah mereka punya latar belakang dibidang bahasa dan sastra? Gue rasa gak semua penulis kaya gitu.


Sabtu, 01 Agustus 2015

Petaka Cinta Lokasi

Biarpun gue introvert, irit temen dan gak gaul dimata orang kebanyakan, tapi gue pernah ngalamin cinta lokasi. Bukan di sekolah, bukan di kampus melainkan di GSP UGM. 

Kejadian ini bermula ketika gue ikut komunitas parkour di jogja. Sore hari jam 16.00, seperti biasanya ada latihan di GSP. Banyak yang dateng latihan. Karena gak cuma kita aja yang make disitu. Ada cheerleader, pelatnas silat dan beberapa orang jogging muterin lapangan. Selesai pemanasan, temen gue namanya Putra tiba-tiba dia bawa orang. Awalnya gue pikir itu temennya atau orang mau ambil liptuan tentang parkour. Entahlah gak tau. Karena posisi gue di samping putra. Sekalian aja tanya.

"Kamu bawa siapa put?"

"Dia temenku. Kenal di FB."

Kalo mau dideskripsikan dia itu cewek, bentukannya tomboy, rambutnya pendek kaya anggota boyband tapi gak terlalu ekstrim. Gue perhatiin dia terus karena firasat gue kaya pernah ketemu tapi dimana? Temen sekolah bukan. Temen masa kecil bukan. Taulah gak usah dipikirin paling cuma nungguin orang doang. Gak ikut latihan. Namun apa yang terjadi. Ternyata dia ikutan latihan. Biasa aja sih. Gak heboh-heboh amat ada cewek latihan parkour. Toh sebelum gue gabung parkour udah ada cewek yang gabung. Biasa aja sob.

Selesai latihan, pas maghrib. Gue datengin aja dia dan kenalan. Entah apa yang menghasut pikiran dan hati gue. Pokoknya saat itu gue gak ada ketakutan untuk deket sama cewek. Mungkin kalo gue kenalan sama dia sekarang, pasti udah takut duluan gue. Ujung-ujungnya hanya mengetahui namanya dari instagram. Ya udah gue kenalan sama dia. Namanya Adis. Kita baru ngobrol bentar, dia langusng buru-buru pulang karena jam keluar asrama cuma sampai jam 6. Sejak saat itu gue mulai deketin dia walau gak ada niatan kesana. Taulah maksudnya apa? Gak usah pura-pura polos deh. Walupun cara gue deketin dia waktu itu emang polos.

Jadi waktu malem, saat itu Facebook masih rame banget penggunanya. Mungkin karena saking ramenya bisa tuh profil datanya lengkap. Lengkapinya melebihi KTP dan akta kelahiran. Gue iseng-iseng stalking orang lewat Faacebook dan masih gue lakuin sampai sekarang, khususnya cewek-cewek kece. Lumayan refresing sebelum tidur. Balik ke gue deketin Adis. Sewaktu gue lagi asik iseng-iseng stalking orang. Di halaman beranda gue tiba-tiba ada sebuah profil nongol. Tanpa mikir panjang, langsung aja liat. Yah ternyata itu FBnya Adis. Mumpung masih terpampang jelas, gue razia aja tuh profil. Asik-asik razia, liat foto-foto yang saat itu masih dianggap bagus padahal sekarang enggak. Satu hal yang menggelitik gue adalah disitu tertera nomor HP. Beneran ini. Gak bohong gue. Awal sempet gak yakin kalo itu nomornya dia. Ada 2 alasan kuat gue gak yakin.

Pertama, itu bisa aja bohongan kan semua yang ada di dunia maya gak seratur persen bener. Bisa aja itu nomor tukang ojek langganan.

Kedua, karena ada 2 nomornya.

Esoknya gue coba nomornya. Gue telfon sebagai pembuktian ini beneran nomornya apa nggak. Pokoknya kalo diangkat dan dia bilang "HALO" langsung gue tutup. Mau gimana lagi, gak ada niatan buat ngobrol sama sekali. Sampai sekarang aja gue masih susah buat memulai pembicaraan. Udah gue bilang tadi, gue polos kalo masalah cewek. Noob mah gue.

Sejak saat itu, kita sering kontek-kontekan. Dari pagi sampai pagi lagi layaknya orang kerja. Seperti itulah selama kita deket. Disela-sela kita SMS, sesekali pergi berdua doang. Entah gue yang minta atau dia yang cari-cari alasan biar bisa ketemu gue. Karena saat itu yang agresif Adis, bukan gue. Pernah suatu kali, kita lagi duduk berduaan. Nyender tembok. Entah karena dia ngantuk atau gimana gitu. Tiba-tiba bahu gue jadi sandaran kepala. Disaat yang sama, dimana cowok kalo tiba-tiba bahunya dijadiin senderan kepala cewek pasti senengnya bukan main. Lah ini, jujur asli. Gue ketakutan saat itu. insecure. Dalam hati ngomel "Dia kenapa sih?" Karena dasarnya emang cuek. Biarin ajalah, paling cuma kebetulan doang. Habis itu juga ogah pinjem pundak gue.

Kepolosan gue terhadap cewek tidak sampai disitu. Puncak dari kepolosan gue adalah, gue gak menyadari kalo Adis nembak gue. Sampe segitunya tingkat kepolosan gue Jadi sebelum Adis nembak gue. Dia sempet nodongin pertanyaan ke gue lewat SMS. Kurang lebih begini.

"Ish, aku mau nanya sesuatu?"

"Tanya aja, apa."

"Kamu nganggep aku apa sih ish?"

"Temen. Kamu sendiri apa."

"Lebih dari temen, karena aku ngerasa seneng deket sama kamu. Ngerasa nyaman sama kamu."

Itupun masih belum membuka mata gue kalo Adis ada perasaan sama gue. Kalo itu terjadi sama gue sekarang pasti dia ngetwit "Dasar cowok gak peka. Udah dikodein masih aja gak peka." Itulah yang terjadi kalo gue ditodong pertanyaan itu sekarang. Walau ada kalanya gue punya firasat kalau Adis ada perasaan sama gue. Namun waktu itu gue gak menggubris. Biarin aja berjalan sebagai mana mestinya.

Waktu Adis nyatain perasaannya sama gue. Gue masih juga polos. Gue akuin, cara dia nyatain perasaannya ke gue bukan cara konvensional yang selalu dimulai dengan kalimat "Kamu mau gak jadi pacarku?" Dia langsung to the point ngomong sayang sama gue dan diakhiri dengan pelukan. Ditambahin pelukan aja masih gak ngeh. Gue baru ngeh setalah sampai dirumah. Emang bodo gue, gak ada kepekaan sama cewek.

Pacaran kami gak berlangsung lama, hanya beberapa bulan kita putus. Inti masalahnya apa gue gak tau. Tapi salah satu penyebab kita putus karena kepribadian gue sih. Gue akuin gue orangnya cuek, penyendiri dan gak seneng keramaian atau bisa disebut Introvert. Walau gue putus sama Adis udah lama tapi sampai sekarang gue masih takut untuk deketin cewek. Bukan masalah gue gak bisa move on dari Adis. Hanya saja gue masih takut untuk terlibat cinta lokasi lagi. Harus diakui, cara paling gampang nyari pacar ya dari lingkungan pergaulan dong. Entah sekolah, kampus atau komuntias-komunitas yang kita ikuti. Ketika di suatu perkumpulan ada seseorang yang kita taksir, pastinya gak susah dong. Ketemu tiap hari, bisa tanya temen kalo butuh pin BB, skema modus juga gampang karena satu komunitas. Secara logika emang menguntungkan tapi kalo gagal siap-siap aja amsyong. Ketika pengen terlibat cinta lokasi sama aja kaya judi. Harus pasang taruhan, taruhannya pun gak sedikit. Jika kita menang, kita untung. Jika kita kalah, kita buntung.